Submit your work, meet writers and drop the ads. Become a member
langit b Jan 2016
kau masih melukiskan jingga di kepala

bertanya pada sudut jalan yang tak pernah sepi

           “seperti apa senja di kota?”

ya seperti ini

tak dingin oleh kabut

tak terasa oleh waktu

kau akan sibuk menyeberang jalan

sebelahmu akan mati kejang – kejang

dan mereka masih akan meliput gedung

metromini memainkan dendang dengan kencang

selagi pengamen berteriak minta makan

           “dan kamu?”

mataku ini akan merah berair

           “kenapa?”

apa beda aku dengan senja di kota?
Erenn 6d
Kata orang, jiwa yang ditakdirkan
tak selalu bertemu di musim bunga—
kadang mereka bersua dalam runtuhan
dalam perit luka yang hampir sembuh
di antara senyap dua jiwa yang pernah patah

Kau hadir bukan seperti guruh
tetapi seperti dendang yang lama ku lupa
suaramu—
bahasa yang tulangku sudah mengerti
senyumanmu—
pintu yang pernah ku mimpikan
jauh sebelum aku berani mengetuk

Kita tak berselisih
Kita teringat
Seperti bintang lama yang masih berkedip
seperti hujan yang mengulang jejak di jendela
yang pernah dikenalnya dalam dunia lain

Saat kau genggam tanganku nanti
ia bukan sekadar hangat—
ia kenangan
Dari ribuan malam yang telah kita lalui
di kehidupan yang lebih lembut
di mana kau tak pernah perlu pergi
dan aku tak perlu menunggu

Aku menyayangimu sebelum aku tahu wajahmu
Dan saat aku akhirnya menatapmu
aku menangis—bukan kerana bahagia
tetapi kerana segala hayat
yang pernah ku cari
dan tidak menjumpaimu

Kita adalah sedih di balik lagu lama
alasan rasi bintang enggan pudar
nama yang laut bisikkan
pada bulan yang selalu diam

Dan walau dunia melupakan kita
walau di hayat seterusnya kita hanya bayang
jiwaku tetap membawa lukamu
dan degup nadiku
akan sentiasa satu detik lambat
menunggumu menyusulnya

Kerana saat semesta menulis namamu
ditulis juga namaku di sebelah—
bukan dengan dakwat
tapi dengan kerinduan
Selamanya.


Erennwrites

— The End —